Senin, 14 September 2015

PERMAINAN TRADISIONAL TERGERUS MODERNISASI

Diposting oleh Feby Perry di 22.10


            Di zaman yang semakin modern seperti saat ini, dengan munculnya berbagai teknologi yang begitu canggih, memberikan berbagai dampak dalam kehidupan manusia. Manusia begitu dimudahkan dalam aktivitas kesehariannya, memberikan informasi yang begitu cepat hanya dalam hitungan detik, dan sejuta manfaat lainnya. Dampak positif, tentunya juga akan dibarengi dengan dampak negatif. Dampak negatif yang timbul akibat kecanggihan teknologi adalah budaya asing dapat dengan mudahnya masuk ke dalam lingkungan masyarakat. Yang menjadi permasalahan akibat dampak negatif tersebut bahwa budaya bangsa Indonesia disisihkan oleh masyarakatnya sendiri, digantikan dengan budaya barat yang konon lebih “wah” jika dibandingkan dengan budaya Indonesia. Sehingga kini budaya bangsa Indonesia mulai luntur dan dilupakan oleh masyarakatnya sendiri, termasuk juga permainan tradisional yang kini tergerus kecanggihan teknologi.
            Bermain bersama mungkin kini sudah jarang dilakukan oleh anak-anak di Indonesia. Mengapa? Karena mungkin mereka sudah tidak mengenal lagi permainan tradisional yang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan. Kini mereka lebih individualis, asyik dengan permainan yang ada pada gadgetnya masing-masing, asyik memikirkan bagaimana menambah poin untuk game onlinenya.
            Sungguh memprihatinkan jika kita melihat kehidupan anak-anak di sekitar kita, masa-masa yang dapat ia habiskan dengan teman-temannya untuk bermain bersama, berlarian kesana-kemari, tertawa bersama tergantikan dengan gadget dan ribuan permainan di dalamnya sambil duduk diam di atas empuknya sofa, dengan tampang serius tanpa senyuman melihat layar, memikirkan strategi yang akan digunakan untuk menang. Melihat hal tersebut dapat dikatakan bahwa generasi kita sedang terjajah oleh kecanggihan teknologi. Modernisasi telah menggerus budaya tradisional bangsa ini, sehingga bangsa ini seperti kehilangan jati dirinya.
            Anak-anak kini lebih mengenal Angry Bird, Point Blank, Pokopang, dan lain-lain jika dibandingkan dengan Petak Umpet, Congklak, Bekel, Bentengan, Gobak Sodor, dan lain sebagainya. Permainan modern mungkin dinilai lebih menarik dengan didukungnya visualisasi yang menawan, audio yang canggih, dan tantangan tersendiri. Namun, di balik itu terdapat hal-hal negatif yang membayangi anak-anak baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi kejiwaannya. Terlalu lama menatap layar tablet, dan telepon genggam akan berdampak buruk bagi kesehatan matanya, belum lagi efek radiasi yang dipancarkan, dan terlalu lama duduk juga akan berakibat obesitas karena kurangnya mereka untuk bergerak. Yang lebih menghawatirkan adalah pada sisi kejiwaannya. Pada saat ini banyak sekali bermunculan permainan yang mengandung unsur kekerasan. Dampak permainan semacam ini dapat membentuk kepribadian anak menjadi suka memberontak, suka melawan, dan kadang anak-anak meniru apa yang dilakukan dalam permainan tersebut. Beberapa kita dengar kasus seorang anak menembak temannya sendiri akibat meniru apa yang dilakukan pada permainan yang dimainkannya. Tentunya bukan hal seperti itu bukan yang kita inginkan terjadi pada anak-anak di Indonesia.
            Berbeda dengan permainan modern, permainan tradisional justru memiliki begitu banyak manfaat yang selama ini kurang disadari oleh khalayak. Permainan petak umpet, kasti, gobak sodor, bola bekel, lompat tali, dan congklak memiliki dampak positif bagi perkembangan fisik dan kejiwaan anak. Permaian tradisional mengandung aspek olah raga yang menuntut anak untuk lebih bebas menggerakan seluruh anggota tubuhnya sehingga anak terhindar dari obesitas. Sambil bermain anak dapat juga belajar berhitung seperti yang ditemui pada permainan congklak, anak dapat mengembangkan pemikirannya, anak dapat berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya, dan anak dapat belajar bekerja sama dengan teman-temannya untuk memenangkan permainan. Karena pada dasarnya permainan tradisional melibatkan banyak orang, sehingga di sini anak diarahkan untuk menjadi pribadi yang mampu bersosialisasi bukan menjadi pribadi yang individualis.
            Dengan manfaat yang lebih banyak dimiliki oleh permainan tradisional, sudahkah kita mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak? Pada kenyataannya banyak para orang tua tidak mengenalkan permainan tradisional kepada anak, mereka lebih cenderung memenuhi keinginan anak-anaknya yang meminta tablet, telepon genggam, play station, dan lain sebagainya ketimbang menemani anak sekadar untuk bermain congklak, bermain kasti disela kesibukannya. Faktor lain yang mengakibatkan kurangnya anak mengenal permainan tradisional karena kurang tersedianya lahan kosong yang akan dijadikan tempat bermain anak. Lahan kosong kini berubah dengan sekejab menjadi apartemen, ruk-ruko, dan kompleks perumahan sehingga permainan tradisional yang membutuhkan banyak ruang kosong tidak dapat disaksikan lagi. Selain itu, banyak orang tua yang sangat protective terhadap anaknya, mereka takut jika anaknya bermain di luar rumah anaknya akan kotor dan terkena penyakit, mereka lebih memilih untuk menggantikan aktivitas bermain anak di luar rumah dengan membelikan play station, dan tablet sehingga anak dapat bermain dengan aman tanpa pakaian yang kotor, dan keringat.
            Kita sebagai masyarakat Indonesia yang mencintai generasi penerus dan kebudayaan Indonesia harus dapat mengenalkan dan meyeimbangkan antara permainan modern dengan permainan tradisional. Memang anak-anak harus tetap mengikuti perkembangan zaman, tetapi nilai-nilai kebudayaan bangsa dan juga permainan tradisional jangan sampai terlupakan atau bahkan tergantikan dengan budaya bangsa lain. Bermain tablet bukannya buruk tetapi juga harus diimbangi dengan permainan tradisional. Lewat permainan tradisional anak dapat berinteraksi langsung dengan kawan-kawannya, bersosialisasi, tertawa bersama-sama, bergerak bebas kesana-kemari seperti seharusnya anak-anak. Hal-hal tersebut dapat membantu tumbuh kembangnya ke arah yang positif. Dunia anak-anak seharusnya diwarnai dengan senyuman, dan keceriaan bukannya muka serius memerhatikan layar tabletnya.
            Upaya melestarikan permainan tradisional bukan hanya tugas segelintir orang saja, tetapi semua pihak harus bahu membahu memerangi penjajahan yang berwujud budaya negara lain yang secara halus masuk dan menggerus budaya bangsa Indonesia. Modernisasi sah-sah saja, tetapi bagaimana kita menyaringnya itulah yang sangat penting. Jangan semua  kita cerna mentah-mentah, pilih mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak semua yang berasal dari budaya asing itu “wah” sedangkan yang berasal dari budaya kita sendiri kuno.
            Kemajuan teknologi dapat dikatakan sebagai salah satu sebab tergerusnya permainan tradisional di Indonesia. Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan, yang memiliki beribu-ribu pulau dan budaya juga termasuk di dalamnya permainan tradisional yang beraneka ragam dengan sejuta manfaat yang dibawa sudah seharusnya dapat memertahankan, mengembangkan dan melestarikan permainan tradisionalnya. Sehingga seluruh generasi, tak terbatas pada generasi kita saat ini, tapi generasi kita selanjutnya masih tetap dapat mengenal, bahkan merasakan bermain permainan bangsanya sendiri. Jika bukan kita semua yang melestarikan, siapa lagi?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Feby Perry Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review