Di zaman yang semakin modern seperti
saat ini, dengan munculnya berbagai teknologi yang begitu canggih, memberikan
berbagai dampak dalam kehidupan manusia. Manusia begitu dimudahkan dalam
aktivitas kesehariannya, memberikan informasi yang begitu cepat hanya dalam
hitungan detik, dan sejuta manfaat lainnya. Dampak positif, tentunya juga akan
dibarengi dengan dampak negatif. Dampak negatif yang timbul akibat kecanggihan
teknologi adalah budaya asing dapat dengan mudahnya masuk ke dalam lingkungan
masyarakat. Yang menjadi permasalahan akibat dampak negatif tersebut bahwa
budaya bangsa Indonesia disisihkan oleh masyarakatnya sendiri, digantikan
dengan budaya barat yang konon lebih “wah” jika dibandingkan dengan budaya
Indonesia. Sehingga kini budaya bangsa Indonesia mulai luntur dan dilupakan
oleh masyarakatnya sendiri, termasuk juga permainan tradisional yang kini
tergerus kecanggihan teknologi.
Bermain bersama mungkin kini sudah
jarang dilakukan oleh anak-anak di Indonesia. Mengapa? Karena mungkin mereka
sudah tidak mengenal lagi permainan tradisional yang mengajarkan nilai-nilai
kebersamaan. Kini mereka lebih individualis, asyik dengan permainan yang ada
pada gadgetnya masing-masing, asyik
memikirkan bagaimana menambah poin untuk game
onlinenya.
Sungguh memprihatinkan jika kita melihat
kehidupan anak-anak di sekitar kita, masa-masa yang dapat ia habiskan dengan
teman-temannya untuk bermain bersama, berlarian kesana-kemari, tertawa bersama tergantikan
dengan gadget dan ribuan permainan di
dalamnya sambil duduk diam di atas empuknya sofa, dengan tampang serius tanpa
senyuman melihat layar, memikirkan strategi yang akan digunakan untuk menang.
Melihat hal tersebut dapat dikatakan bahwa generasi kita sedang terjajah oleh
kecanggihan teknologi. Modernisasi telah menggerus budaya tradisional bangsa
ini, sehingga bangsa ini seperti kehilangan jati dirinya.
Anak-anak kini lebih mengenal Angry Bird, Point Blank, Pokopang, dan
lain-lain jika dibandingkan dengan Petak Umpet, Congklak, Bekel, Bentengan,
Gobak Sodor, dan lain sebagainya. Permainan modern mungkin dinilai lebih
menarik dengan didukungnya visualisasi yang menawan, audio yang canggih, dan
tantangan tersendiri. Namun, di balik itu terdapat hal-hal negatif yang
membayangi anak-anak baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi kejiwaannya. Terlalu
lama menatap layar tablet, dan telepon genggam akan berdampak buruk bagi
kesehatan matanya, belum lagi efek radiasi yang dipancarkan, dan terlalu lama
duduk juga akan berakibat obesitas karena kurangnya mereka untuk bergerak. Yang
lebih menghawatirkan adalah pada sisi kejiwaannya. Pada saat ini banyak sekali
bermunculan permainan yang mengandung unsur kekerasan. Dampak permainan semacam
ini dapat membentuk kepribadian anak menjadi suka memberontak, suka melawan,
dan kadang anak-anak meniru apa yang dilakukan dalam permainan tersebut.
Beberapa kita dengar kasus seorang anak menembak temannya sendiri akibat meniru
apa yang dilakukan pada permainan yang dimainkannya. Tentunya bukan hal seperti
itu bukan yang kita inginkan terjadi pada anak-anak di Indonesia.
Berbeda dengan permainan modern,
permainan tradisional justru memiliki begitu banyak manfaat yang selama ini
kurang disadari oleh khalayak. Permainan petak umpet, kasti, gobak sodor, bola
bekel, lompat tali, dan congklak memiliki dampak positif bagi perkembangan
fisik dan kejiwaan anak. Permaian tradisional mengandung aspek olah raga yang
menuntut anak untuk lebih bebas menggerakan seluruh anggota tubuhnya sehingga
anak terhindar dari obesitas. Sambil bermain anak dapat juga belajar berhitung
seperti yang ditemui pada permainan congklak, anak dapat mengembangkan
pemikirannya, anak dapat berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya,
dan anak dapat belajar bekerja sama dengan teman-temannya untuk memenangkan
permainan. Karena pada dasarnya permainan tradisional melibatkan banyak orang,
sehingga di sini anak diarahkan untuk menjadi pribadi yang mampu bersosialisasi
bukan menjadi pribadi yang individualis.
Dengan manfaat yang lebih banyak
dimiliki oleh permainan tradisional, sudahkah kita mengenalkan permainan
tradisional kepada anak-anak? Pada kenyataannya banyak para orang tua tidak
mengenalkan permainan tradisional kepada anak, mereka lebih cenderung memenuhi
keinginan anak-anaknya yang meminta tablet, telepon genggam, play station, dan lain sebagainya
ketimbang menemani anak sekadar untuk bermain congklak, bermain kasti disela
kesibukannya. Faktor lain yang mengakibatkan kurangnya anak mengenal permainan
tradisional karena kurang tersedianya lahan kosong yang akan dijadikan tempat
bermain anak. Lahan kosong kini berubah dengan sekejab menjadi apartemen,
ruk-ruko, dan kompleks perumahan sehingga permainan tradisional yang
membutuhkan banyak ruang kosong tidak dapat disaksikan lagi. Selain itu, banyak
orang tua yang sangat protective
terhadap anaknya, mereka takut jika anaknya bermain di luar rumah anaknya akan
kotor dan terkena penyakit, mereka lebih memilih untuk menggantikan aktivitas
bermain anak di luar rumah dengan membelikan play station, dan tablet sehingga anak dapat bermain dengan aman tanpa
pakaian yang kotor, dan keringat.
Kita sebagai masyarakat Indonesia
yang mencintai generasi penerus dan kebudayaan Indonesia harus dapat
mengenalkan dan meyeimbangkan antara permainan modern dengan permainan
tradisional. Memang anak-anak harus tetap mengikuti perkembangan zaman, tetapi
nilai-nilai kebudayaan bangsa dan juga permainan tradisional jangan sampai
terlupakan atau bahkan tergantikan dengan budaya bangsa lain. Bermain tablet
bukannya buruk tetapi juga harus diimbangi dengan permainan tradisional. Lewat
permainan tradisional anak dapat berinteraksi langsung dengan kawan-kawannya,
bersosialisasi, tertawa bersama-sama, bergerak bebas kesana-kemari seperti
seharusnya anak-anak. Hal-hal tersebut dapat membantu tumbuh kembangnya ke arah
yang positif. Dunia anak-anak seharusnya diwarnai dengan senyuman, dan
keceriaan bukannya muka serius memerhatikan layar tabletnya.
Upaya melestarikan permainan
tradisional bukan hanya tugas segelintir orang saja, tetapi semua pihak harus
bahu membahu memerangi penjajahan yang berwujud budaya negara lain yang secara
halus masuk dan menggerus budaya bangsa Indonesia. Modernisasi sah-sah saja,
tetapi bagaimana kita menyaringnya itulah yang sangat penting. Jangan
semua kita cerna mentah-mentah, pilih
mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak semua yang berasal dari budaya asing
itu “wah” sedangkan yang berasal dari budaya kita sendiri kuno.
Kemajuan teknologi dapat dikatakan
sebagai salah satu sebab tergerusnya permainan tradisional di Indonesia.
Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan, yang memiliki beribu-ribu
pulau dan budaya juga termasuk di dalamnya permainan tradisional yang beraneka
ragam dengan sejuta manfaat yang dibawa sudah seharusnya dapat memertahankan,
mengembangkan dan melestarikan permainan tradisionalnya. Sehingga seluruh
generasi, tak terbatas pada generasi kita saat ini, tapi generasi kita
selanjutnya masih tetap dapat mengenal, bahkan merasakan bermain permainan
bangsanya sendiri. Jika bukan kita semua yang melestarikan, siapa lagi?