Sabtu, 24 Mei 2014

Straight News

Diposting oleh Feby Perry di 20.07 0 komentar
SANGGAR SEKAR PANDAN PERINGATI HUT KE 22

20140505_160216.jpg 
Foto: Sultan Kacirebonan memberikan sambutan bersama dengan Kepala Dinas Pariwisata Kota Cirebon pada HUT sanggar Sekar Pandan ke 22.
     Cirebon,- Pembukaan Renteng Budaya dalam memeringati Hari Ulang Tahun (HUT) sanggar Sekar Pandan yang ke 22 pada Senin (5/5) yang digelar di Alun-alun Keraton Kacirebonan Kota Cirebon berlangsung meriah. Acara tersebut dibuka oleh Sultan Kacirebonan, Abdul Gani. Menurut Sultan acara ini bertujuan untuk mengenalkan kesenian kepada masyarakat.
     “Dengan diadakannya renteng budaya ini berharap agar masyarakat tertarik untuk memelajari budayanya sendiri dan melestarikannya” Harap Sultan.
      Hadir dalam kesempatan itu Kepala Dinas Pariwisata Kota Cirebon. Dalam sambutannya berpesan agar masyarakat tetap menjaga dan melestarikan budaya. “Cirebon boleh maju, tapi jati diri harus tertanam dan tercermin lewat kesenian dan budaya”. Ujarnya.
     Acara yang diselenggarakan selama lima hari, sejak tanggal 5 Mei hingga 10 Mei tersebut menyajikan berbagai kebudayaan daerah Cirebon. Diantaranya wayang kulit dan tarian-tarian tradisional yang dapat dilihat oleh semua masyarakat sejak pukul 15.00 hingga pukul 22.00 secara gratis. (Feby)

Teks Anekdot

Diposting oleh Feby Perry di 19.53 0 komentar
Sarang Laba-Laba

Pada saat pak dosen memberi kuliah Sosiologi Hukum, bertanyalah ia pada mahasiswa yang bernama Elisa.

Dosen: Saudari Elisa, coba utarakan seringkas mungkin kondisi penegakan hukum di Negara kita tercinta ini! Tanyanya;
Elisa: bagaikan sarang laba-laba pak! Jawabnya tegas;
Dosen: Maksudnya?
Elisa: Kalau kelas nyamuk akan tertangkap dan tak dapat berkutik pak. Sedang kalau kelas kumbang, wah jebol pak.
Dosen: Kalau kelas gagak?
Elisa: Tak tahu pak.
Mahasiswa lainnya: Hahahahahaha
Analisis Teks Anekdot:
Participan di dalam teks anekdot di atas adalah dosen Mata Kuliah Sosiologi Hukum, mahasiswa bernama Elisa, dan mahasiswa lainnya.
Abstraksi:
Seorang dosen sedang memberikan kuliah Sosiologi Hukum
Orientasi:
Suasana kelas kondusif, dan sedang berlangsung sesi tanya jawab.
Krisis:
Mahasiswa yang bernama Elisa mengatakan bahwa kondisi penegakan hukum di Indonesia seperti sarang laba-laba.
Reaksi:
Mahasiswa lain yang ada di dalam kelas tertawa. (pada dialog terakhir)
Koda:
Kelas ramai dengan suara tawa mahasiswa.


Tugas Mahasiswa Ke-6

Diposting oleh Feby Perry di 19.49 2 komentar
Bacalah teks “Anekdot Hukum Peradilan” tersebut sekali lagi, kemudian kerjakanlah tugas-tugas berikut ini!
1.      Buatlah dialog berdasarkan teks anekdot tersebut. Teruskan formulasi yang telah dibuat untuk kalian berikut ini.
Keluarga Pemilik Pedati:
Yang Mulia Hakim, saya tidak terima keluarga saya kehilangan pedati beserta kuda dan dagangan di dalamnya karena jembatan yang dilalui roboh. Pembuat jembatan itu harus dihukum.
Yang Mulia Hakim:
Baik, saya akan memanggil pembuata jembatan untuk diadili. Pembuat jembatan, kamu harus bertanggung jawab atas jembatan yang roboh.
Pembuat Jembatan:
Yang Mulia Hakim, saya tidak bersalah. Tetapi tukang kayu lah yang bersalah. Dia yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu.
Yang Mulia Hakim:
Tukang kayu, kamu harus dihukum karena kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan ternyata jelek sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati dan kudanya.
Tukang Kayu:
Jangan salahkan saya Yang Mulia, salahkan si penjual kayu yang menjual kayu dengan kualitas jelek.
Yang Mulia Hakim:
Hai penjual kayu, kamu harus dihukum karena tidak menjual kayu bagus pada tukang kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh.
Penjual Kayu:
Jangan menyalahkan saya Yang Mulia, yang salah adalah pembantu saya. Dialah yang menyediakan beragam jenis kayu.
Yang Mulia Hakim:
Pengawal, bawa pembantu si penjual kayu ke hadapanku!
Pembantu Tinggi Besar:
Apa kesalahanku Yang Mulia?
Yang Mulia Hakim:
Kesalahanmu adalah telah menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya dengan memberikan kayu yang jelek kepada tukang kayu.
Hai pengawal, masukkan pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya.
Pengawal:
Sulit Yang Mulia, si pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara kita tidak muat. Dan dia tidak punya uang untuk disita.
Yang Mulia Hakim:
Cari pembantu si tukang kayu yang lebih pendek, kurus, dan punya uang.
Pembantu Kurus dan Pendek:
Wahai Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?
Yang Mulia Hakim:
Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uang!!!
Saudara-saudara, apakah hukuman penjara untuk pembantu pendek, kurus, dan punya uang tadi adil?
Masyarakat:
Sangat adil, Yang Mulia Hakim.

2.      Ceritakan ulang dengan bahasa sendiri isi teks anekdot tersebut. Teruskan formulasi berikut ini.
            
Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang pembuat jembatan kepada yang mulia hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya. Si pembuat jembatan disalahkan karena kayu untuk bahan jembatan itu tidak kuat dan menyebabkan jembatan runtuh.
Hakim memanggil pembuat jembatan untuk diadili. Namun si pembuat jembatan tidak terima dan menyalahkan si tukang kayu karena kayu yang dibawanya jelek dan rapuh. Tukang kayu membela diri dan menyalahkan si penjual kayu yang menjual kayu jelek.
Hakim memanggil memanggil si penjual kayu. Kemudian pengawal membawa si penjual kayu kehadapan hakim. Tetapi si penjual kayu membela diri, dan menyalahkan pembantunya, karena pembantunyalah yang memberikan kayu jelek kepada si tukang kayu. Kemudian si pengawal menjemput pembantu si penjual kayu.
Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan si pembantu. Si pembantu tidak bisa memberi alasan yang memuaskan. Akhirnya hakim memerintahkan pengawal untuk memasukkan pembantu ke dalam penjara. Namun, pengawal belum juga memenjarakan pembantu itu. Penjara itu terlalu sempit. Sedangkan badan si pembantu itu tinggi dan gemuk, dan tidak memiliki uang untuk disita. Kemudian hakim memerintahkan pengawal mencari pembantu yang kurus, pendek, dan memiliki uang.

Pembantu kurus, pendek, dan mempunyai uang itu bertanya kepada hakim tentang  kesalahannya. Dengan entengnya hakim menjawab “Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan memiliki uang”. Hakim bertanya kepada khalayak ramai tentang hukuman yang ditujukan kepada pembantu kurus, pendek, dan mempunyai uang tersebut adil ataukah tidak. Dengan semangat, masyarakat yang ada serempak menjawab “Adiiil”.
 

Feby Perry Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review