Bacalah
teks “Anekdot Hukum Peradilan” tersebut sekali lagi, kemudian kerjakanlah
tugas-tugas berikut ini!
1. Buatlah
dialog berdasarkan teks anekdot tersebut. Teruskan formulasi yang telah dibuat
untuk kalian berikut ini.
Keluarga
Pemilik Pedati:
Yang
Mulia Hakim, saya tidak terima keluarga saya kehilangan pedati beserta kuda
dan dagangan di dalamnya karena jembatan yang dilalui roboh. Pembuat jembatan
itu harus dihukum.
|
Yang
Mulia Hakim:
Baik,
saya akan memanggil pembuata jembatan untuk diadili. Pembuat jembatan, kamu
harus bertanggung jawab atas jembatan yang roboh.
|
Pembuat
Jembatan:
Yang
Mulia Hakim, saya tidak bersalah. Tetapi tukang kayu lah yang bersalah. Dia
yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu.
|
Yang
Mulia Hakim:
Tukang
kayu, kamu harus dihukum karena kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan
ternyata jelek sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati dan
kudanya.
|
Tukang
Kayu:
Jangan
salahkan saya Yang Mulia, salahkan si penjual kayu yang menjual kayu dengan
kualitas jelek.
|
Yang
Mulia Hakim:
Hai
penjual kayu, kamu harus dihukum karena tidak menjual kayu bagus pada tukang
kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh.
|
Penjual
Kayu:
Jangan
menyalahkan saya Yang Mulia, yang salah adalah pembantu saya. Dialah yang
menyediakan beragam jenis kayu.
|
Yang
Mulia Hakim:
Pengawal,
bawa pembantu si penjual kayu ke hadapanku!
|
Pembantu
Tinggi Besar:
Apa
kesalahanku Yang Mulia?
|
Yang
Mulia Hakim:
Kesalahanmu
adalah telah menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya dengan
memberikan kayu yang jelek kepada tukang kayu.
Hai
pengawal, masukkan pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya.
|
Pengawal:
Sulit
Yang Mulia, si pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara kita tidak
muat. Dan dia tidak punya uang untuk disita.
|
Yang
Mulia Hakim:
Cari
pembantu si tukang kayu yang lebih pendek, kurus, dan punya uang.
|
Pembantu
Kurus dan Pendek:
Wahai
Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?
|
Yang
Mulia Hakim:
Kesalahanmu
adalah pendek, kurus, dan punya uang!!!
Saudara-saudara,
apakah hukuman penjara untuk pembantu pendek, kurus, dan punya uang tadi
adil?
|
Masyarakat:
Sangat
adil, Yang Mulia Hakim.
|
2. Ceritakan
ulang dengan bahasa sendiri isi teks anekdot tersebut. Teruskan formulasi
berikut ini.
Seorang kerabat si Tukang Pedati
mengadukan seorang pembuat jembatan kepada yang mulia hakim karena jembatan
yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan
kehilangan pedati beserta barang dagangannya. Si pembuat jembatan disalahkan
karena kayu untuk bahan jembatan itu tidak kuat dan menyebabkan jembatan
runtuh.
Hakim memanggil pembuat jembatan
untuk diadili. Namun si pembuat jembatan tidak terima dan menyalahkan si tukang
kayu karena kayu yang dibawanya jelek dan rapuh. Tukang kayu membela diri dan
menyalahkan si penjual kayu yang menjual kayu jelek.
Hakim memanggil memanggil si penjual
kayu. Kemudian pengawal membawa si penjual kayu kehadapan hakim. Tetapi si
penjual kayu membela diri, dan menyalahkan pembantunya, karena pembantunyalah
yang memberikan kayu jelek kepada si tukang kayu. Kemudian si pengawal
menjemput pembantu si penjual kayu.
Hakim memberi penjelasan tentang
kesalahan si pembantu. Si pembantu tidak bisa memberi alasan yang memuaskan.
Akhirnya hakim memerintahkan pengawal untuk memasukkan pembantu ke dalam
penjara. Namun, pengawal belum juga memenjarakan pembantu itu. Penjara itu
terlalu sempit. Sedangkan badan si pembantu itu tinggi dan gemuk, dan tidak
memiliki uang untuk disita. Kemudian hakim memerintahkan pengawal mencari
pembantu yang kurus, pendek, dan memiliki uang.
Pembantu kurus, pendek, dan
mempunyai uang itu bertanya kepada hakim tentang kesalahannya. Dengan entengnya hakim menjawab
“Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan memiliki uang”. Hakim bertanya kepada
khalayak ramai tentang hukuman yang ditujukan kepada pembantu kurus, pendek,
dan mempunyai uang tersebut adil ataukah tidak. Dengan semangat, masyarakat
yang ada serempak menjawab “Adiiil”.